Setahun setelah hari itu. Selasa, 10 Desember 2019 pukul 19.00 hari dimana untuk terakhir kalinya aku memeluknya, membisikan betapa aku menyayanginya. dia, dengan sisa tenaga yg dimilikinya mencoba memelukku juga. tanpa kata, air matanya menetes, ungkapan kata dan rasa bahwa dia juga menyanyangiku. Ma, hari itu hari yang sangat gelap dihidupku. Dan, setahun setelahnya hidupku masih gelap, setiap harinya. Aku, yang tanpa dirimu selalu mencoba menyakinkan hati bahwa kamu memang sudah tidak disini. Melangkah walau tanpa asa, runtuh, goyah karna tiada tempat berteduh. Tiada hati yang hangat untuk dipeluk. Ma, langkahku masih berat. Hari ku masih dipenuhi oleh rindu, sesal, sepi dan takut. Ma, aku ingin mengulang semua saat bersamamu, walau hal pahit sekalipun. Ma semoga satu tahun ini menyenangkan untukmu, bahagia selalu walau kita tak sama lagi. hanya soal waktu aku kembali. Ma i miss you all the time.
Pagi itu, aku masih bisa mencium keningmu. Sejak beberapa bulan yang lalu, keadaanmu memburuk, lebih buruk dari sebelumnya. Aku, yang mungkin telah bersiap diri, selalu berdoa agar Tuhan memberi sedikit waktu lagi, beberapa tahun lagi sampai aku bisa memberimu bahagia. Aku yang berusaha keras agar kuliahku cepat selesai, mendapatkan pekerjaan baru yang baik. Memberimu lebih banyak dari biasanya. Beberapa kali ku coba melamar pekerjaan kesana kemari, beberapa orang bertanya "kenapa nggak nunggu ijazah aja? kan bentar lagi" aku, dalam benakku menjawab "mungkin mamaku sebentar lagi pulang, aku ingin mendapat pekerjaan baru, gaji yang besar, bisa memberinya apa yang bisa aku beri, sebelum dia pulang" tapi apa daya, semuanya masih gagal. Sore itu, ketika aku sampai rumah mama terlihat sangat berbeda semenjak terakhir kali aku melihatnya. mama, terlihat begitu kosong. mama benar-benar tak mampu bicara lagi. Dikesempatan terakhir yang ku punya, aku bilang aku menyay